Jumat, 06 November 2020

Angin Dan Pohon

Aku mengingat pernah suatu ketika ada pertanyaan mendadak tentang penggambaran diri.

Ada Hujan, Angin, Pohon.
Dan satunya lagi aku lupa.

Saat itu aku memilih Angin tanpa ragu, karena aku memang menyukai Angin, apalagi Angin yang sedang membawa Gerimis.

(Berasa Avatar Aang si Pengendali Udara.)

Dan lelaki itu menyukai Pohon.

Aku sedikit tidak menyangka, lelaki sepertinya memilih Pohon, dari kepribadiannya yang terlihat lebih identik ke Hujan.
Si Pria galau yang suka sakit sendiri, memendam sendiri, dan kuat di luar.

Di luar dan dalam yang begitu Kontras.

...

Agak lucu kedengarannya dia dan Pohon.

Pohon adalah seseorang yang setia pada pilihan awal, dia seperti Pohon yang hanya tumbuh di satu tempat. Dia tidak akan berpindah, karena pindah itu berarti membuat hidupnya sedikit terusik.

Karena sebuah Pohon hanya bisa tumbuh baik dan sehat di satu tempat.

Tipe Pria yang sangat setia.
Bahkan ketika berapa kalipun terluka, ia akan tetap kokoh.

Kira-kira sesederhana itu filosofinya.
.

Sedangkan aku?

Kebalikannya.

Aku tidak setia, aku adalah seseorang yang bebas dan tidak suka terikat, aku seorang yang berpikiran logis dan sesuai mauku.

Aku tegas pada hidupku sendiri.
Tidak membiarkan siapapun mengusiknya.

Aku adalah pribadi yang lari kesana dan kemari.

...

Jadi sejak kapan Angin bisa jatuh cinta pada satu Pohon?

...

Bagiku, dari dulu dia orang yang tidak terbuka, dia hanya menunjukkan dirinya untuk menandakan dirinya ada.
Dia mengukuhkan pengenalan bahwa dia ada.

Orang-orang menganggapnya ada karena dia besar, dalam artian dia memiliki pengaruh, entah karena cara bicaranya yang membuat jatuh hati, cara berpikirnya yang hangat dan membuat nyaman, cara dia membagi dirinya dan membuat orang lain senang didekatnya.
Bagiku, orang-orang memiliki alasan tegas untuk berada di sampingnya.

Dia sangat rupawan, cakap, dan menyenangkan.

Seperti Pohon yang memberikan banyak manfaat, begitulah dia.

Tetapi, tidak sekali kudengar bahwa dirinya memakai banyak Topeng untuk menutupi dirinya yang sebenarnya.

Dia yang semula menganggap dirinya ada di titik Negatif dan ingin menuju titik Positif.

Sebuah Titik balik akan sesungguhnya dirinya siapa.

Tetapi, bagiku dia terlihat seperti anak kecil yang ingin dipandang dewasa.
Bukan anak kecil yang dipaksa dewasa.

...

Sedangkan aku adalah Angin, si setia yang belum menemukan Jati diri.

Belum menyadari duniaku sendiri.
Sebuah keadaan dimana aku menjalani segalanya sesuai kemauanku.
Tanpa perduli bagaimana tanggapan orang lain dan tidak memahami diriku sendiri.

Hingga aku menemukan arti duniaku.
Yang ternyata adalah si Pohon yang setia.

Aku yang tidak setia jatuh cinta pada si Pohon yang setia.

...