Judul : One Person
Lenght : Oneshoot.
...
Dhea POV
Pertama aku mengenalnya,dia hanya tersenyum kearahku menjabatkan tangannya padaku
" Rama " katanya padaku, dari suaranya saja aku sudah bisa melihat dia lelaki yang kharismatik
" Dhea " kataku sambil tersenyum, lalu dia pun melangkah pergi dari hadapanku
aku hanya mengenalnya sebatas teman,, ku mendengar banyak tentangnya, dia begitu sering menyihir hati para wanita di sekolahku, termasuk Resya salah satu temanku
" Dhe,, kamu tau gak Rama itu lagi deket sama Resya, tapi si Resya ternyata yang berharap lebih " kata Anggun teman sebangkuku
" Biarin lah,, emang apa urusannya sama aku ? " tanyaku pada Anggun
" Gak ada sih,, cuma aku kasihan ajah sama Reysa " katanya lagi.
.
Sudah 3 minggu aku masuk di kelas baru ini,, dan selama itulah aku berusaha berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda..
" Dhe, kamu duduk sama aku yah :D " kata Dony padaku
" Haha, mau UTS baru minta aku duduk sama kamu,, tapi yaudahlah " kataku dengan bercanda
Saat bel istirahat aku mau keluar ke kantin, tapi tiba-tiba anak-anak ngajakin aku ngelihat Rama lagi main sulap..
Aku pun mengikuti mereka, aku melihat atraksi sulap Rama,, dalam hati aku mengakui kehebatan sulapnya dia..
Dia begitu lihai dalam permainan sulap itu, disampingnya ada Reysa yang memperhatikan dengan baik sulapnya Rama...
Dari tatapan mata Reysa aku bisa melihat betapa kagumnya dia pada Rama,, sesekali aku melihat Rama juga memperhatikan aku lalu beralih ke Reysa...
Saat bel masuk, aku pun pergi keluar untuk ke toilet.. Saat selesai aku berpapasan dengan Rama, aku pun tersenyum, tapi dia hanya memandangku dan melengos begitu saja...
"Aneh " batiku berkata
Esoknya...
"Dhe,, gimana tugasku udah kamu kerjain ?" tanya Dony pagi-pagi saat aku datang
" Nih :D " aku menyerahkan buku tugasnya
setiap ada tugas aku pasti juga ngerjain punya Dony bahkan anak-anak lain juga
Saat aku sendiri diatap sekolah ada seseorang memanggilku ..
"Dhea.. " katanya, aku pun menoleh kearahnya.
"Kamu.... kok bisa ada disini juga ? " tanyaku padanya, dia cuma tersenyum
"Aku... juga biasa disini kok " katanya
" Hah ? kapan? aku gak pernah liat kamu kok " kataku dengan penasaran
"Kepo !" katanya lagi.
Aku pun langsung diem ajah ...
" Aku duluan " aku pun pergi dari situ... dia cuma memperhatikan langkahku...
" Dasar Bodoh " katanya lirih,,, dia tak bermaksud mengataiku,, cuma aku terlanjur salah paham.
.
Semenjak hari itu aku dan dia selalu saja saling berpaling muka,, entah kenapa aku merasa dia berbeda di depanku,, di depan anak-anak lain dia tetap ramah meski seringkali dia jahil.. Semakin hari dia semakin dekat dengan Reysa bahkan Reysa pernah tanya padanya apa Rama menyayangi Reysa,, Rama hanya menjawab iya...
Meski terkadang ia cuek didepanku, kadang dia juga sempat menggodaku dan mebuatku marah...
Semua anak di kelas itu mendukung kedekatan Reysa,, dan aku juga seneng ngeliat mereka berdua bersama, meski terkadang ada sedikit rasa sakit yang entah apa sebabnya...
Setelah beberapa bulan Reysa dekat dengan Rama,, aku tak sengaja melihat Reysa menangis sendiri di kelas ketika pulang, waktu itu aku harus kembali kekelas karna ada sesuatu yang ketinggalan...
"Reys,, kamu kenapa ?" tanyaku penasaran, dia pun menoleh kearahku, aku menghampirinya,, lalu tiba-tiba dia memelukku
"Dhe ,,, aku sedih banget... Rama gak bener-bener sayang sama aku,, dia cuma berpura-pura mendekatiku karna dia kasihan sama aku " dia menangis di pelukanku, aku merasakan bahuku basah karnanya
dia menceritakan semua keluh kesahnya ...
" Aku sayang Rama sejak 1 tahun lalu,, aku suka dia pada saat pertama kali kita ketemu,,, waktu itu aku berusaha mendekatinya, dan dia membiarkanku mendekat,, dia memberiku perhatian yang selalu aku inginkan, dia berkata sayang ketika ku bertanya, tapi dia bilang sam orang lain kalo dia menyayangiku hanya sebatas teman... dia membuatku terbang,, tapi dia melepasku jatuh lagi Dhe !" dia menangis sampai matanya bener-benermerah...
" Aku gak tau apaapun Reys, tapi aku pikir lebih baik kamuberpikir hal-hal positif ajah, yakin aja kamu bisa kok dapetin dia " kataku berusaha menenangkannya... dia pun mengusap air matanya.. Aku bisa melihat bagaimana hatinya terluka, tapi apa yah maksudnya Rama memberi ia perhatian, tapi lalu meninggalkannya...
Setelah waktu berlalu kini aku melihat Reysa lebih tegar dari biasanya, aku senang melihat senyum Reysa lagi,,, dia begitu cantik, manis, baik, tapi sayang dia bisa serapuh ini...
Aku tiba-tiba merasa aneh sama Rama, kenapa seharian ini dia terus memperhatikan aku,, bahkan ketika aku melihat dia, dia juga tetap memperhatikan aku...
Selama 1 minggu ini Rama terus saja melakukan hal-hal yang aneh di depanku,,, dia kadang mondar-mandir di depanku,, melihat kearahku, tapi kadang melihatku dengan tatapan aneh. Aku berusaha bersikap wajar...
Tapi dia sering berkata kasar padaku, menyinggungku dengan kata-kata yang menyakitkan, membuat mataku panas,, tapi aku terus saja bersikap sewajar mungkin...
Tahun baru pun datang,, kemarin aku merayakan hari itu dengan sahabat-sahabatku...
Pagi ini hari mulai bersekolah,, dan aku berangkat agak telat,, saat aku masuk di gerbang kulihat Rama yang memperhatikanku dari kejauhan,, dia pun melangkah pelan meninggalkan tempat duduknya...
"Dhe... " panggilnya
"Apa Ram ?" tanyaku balik
Dia hanya memandangku tapi dia tak berani menatap mataku
"Kamu jangan sampai suka sama aku yah !" setelah berkata itu, dia pun meninggalkanku dan tak memperdulikan aku yang merasa bingung, aku merasa terhipnotis akan pesonanya yang aku sendiri tak mampu jelaskan, tapi aku berusaha bersikap wajar seperti biasanya... aku bejalan pelan memasuki lorong menuju kelasku dengan beban pikiran yang tak kumengerti...
"Apa maksudnya?" batinku berteriak...
"Dhe kamu kenapa kok pucat? " tanya Reysa dan Andien..
"Aku gak papa kok" kataku, lalu aku duduk di bangkuku, aku memperhatikan kelas ini dengan seksama dan mataku jatuh pada pandangan Rama, dia pun tersenyum kearahku...
Aku hanya menatapnya dengan tatapan curiga..
Reysa tiba-tiba mengagetiku dari belakang, dan refleks aku menoleh kearahnya, Rama pun mengalihkan pandangannya dariku.
"Kamu kenapa sih Dhe, sadar gak dari tadi kamu itu ngelihatin Rama terus, tanpa kedip lagi, kamu kayak kebingungan... ada apa Dhe?" tanyanya
" Gak ada apa-apa sumpah Reys" kataku gugup.. tak mungkin aku ceritakan hal tadi pagi bahwa aku memikirkan Rama...
" Kamu gak mau cerita, yaudahlah... " katanya menyerah
"Maaf Rey, bukan gak mau cerita, tapi karna aku emang gak kenapa-kenapa" kataku
Seminggu aku gak masuk sekolah karna sakit,, kemarin pun semua anak kelas datang menjengguk kecuali Rama,, katanya dia males ketemu aku..
"Siang !" tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku,, dirumah sepi ortuku pada keluar nebus obat.. aku pun menguatkan diriku buat bangun...
" Iya bentar " ketika aku membuka pintu, ada Rama berdiri di situ..
"Hei.. Kamu ngapain disini?" kataku, aku heran kenapa dia dateng kesini, bukannya dia males ketemu aku ?
" Sorry aku dateng kesini ganggu yah ?" tanyanya
" Gak kok Ram,, aku tadi lagi liat tv " kataku
" Kamu sakit apa?" tanyanya, aku mengajaknya masuk, tapi dia memilih untuk diluar
" Sakit biasa ajah kok " kataku lagi... aku masuk untuk mengambil minum, dan kembali keluar
" Kamu pasti kemarin denger dari Reysa kalo aku gak ikut mereka kesini karna aku males ketemu kamu?" tanyanya. aku pun mengangguk
"Iyah aku nggak nyangka kamu males liat aku ternyata.. berarti kamu seneng kalo aku gak masuk ?" tanyaku lagi.. Dia malah gugup
"Aku berharap kamu cepetan masuk...!" dia menyerahkan sebuah kotak berwarna hitam...
" Aku pulang " katanya lagi
" iyah hati-hati" kataku .. Dia pun perlahan menghilang dari pandanganku setelah dia benar-benar tak terlihat, aku kembali duduk dan membuka kotak warna hitam itu.. aku menemukan satu foto seorang gadis yang kulihat mirip seperti aku meski cuma punggung... aku bingung apa maksudnya?
Esoknya aku masuk sekolah dijemput Reysa
" Kemaren aku lihat Rama dari daerah rumahmu " katanya dengan hati-hati , akupun tersenyum
" Gak usah dipikirin !" kataku lalu mengajaknya berangkat
Di dalam kelas aku gak keluar saat istirahat, Reysa sudah mengajak aku ke kantin, tapiaku gak mau...
"Kenapa gak keluar? gak punyak temen?" tiba-tiba Rama mengejekku
aku hanya diam saja
"Kenapa diem? gak berani jawab yah ?" tanyanya lagi... aku berusaha menahan amarahku,, aku pergi meninggalkannya ...
Dia kenapa sih? apa yang salah? kenapa dia seaneh ini? atau aku yang terlalu aneh... semua pertanyaan ini membuat kepalaku jadi pusing...
"Aduh... kepalaku sakit.." aku mengeluh di pinggir taman, tiba-tiba Rama datang hampirin aku..
"Sini aku bantu " dia membawaku ke kelas, disini sepi semua anak sudah masuk ke :Lab Komputer
"Kamu gak ke Lab?" tanyaku ...
"Gak usah nanya deh... kalo aku ke Lab, yang jagain kamu sapa?" dia menjawab pertanyaanku dengan nada kasar, tapi kata-katanya bikin aku shock
"Maaf " kataku setengah malas..
Kami pun sama-sama diam... Sampai semua anak kembali ke kelas... tadi sebelum anak-anak kembali Rama sudah pergi duluan
Berhari-hari kemudian sikap Rama selaalu saja aneh.. Dia bener-bener gak mau deket sama aku..
Saat ini aku berada di atap sekolah.. tempat pertama kali Rama mengatakan aku bodoh...
Setiap hari aku selalu saja disini, kadang aku menemukan Rama disini, tapi aku hanya melihatnya disini tanpa berani menegurnya...
"Dhe " panggil seseorang.
Reysa mendekatiku.
" Dhe, aku boleh gak minta tolong? " tanyanya ragu
" Ada apa?" tanyaku
" Hemb gini ... satu-satunya cewek yang gak suka sama Rama kan kamu, boleh gak aku minta kamu deketin dia biar kamu tau siapa yang disukai sama Rama. " pintanya membuatku bingung.
" Kenapa kamu gak tanya langsung sama dia?" tanyaku heran. dia pun menggeleng,
" Dia gak akan mau jawab, yang ada dia malah jauhin aku" katanya putus asa.
" Kamu aneh" kataku lalu pergi meninggalkannya.
"Dhe?" panggilnya
" Aku usahakan Reys"
Saat aku kembali ke kelasku di bawah bukuku ada sebuah kertas, tapi aku mengabaikannya dan memasukkannya ke tasku.
Setelah bel pulang, aku langsung menuju parkiran dan mengambil sepeda motorku, saat keluar gerbang aku melihat Rama membonceng Andita, kakak kelas satu tingkat yang memang lagi dekat sama Rama. Tapi aku mengacuhkannya dan melewatinya begitu saja.
Diperjalanan aku berfikir apakah gadis itu yang membuat Reysa hingga ingin aku mencari tahu tentang gadis yang disukai Rama...
Sesampainya di Rumah, aku langsung merebahkan diri di kasur, berusaha tak perduli tentang Rama.
Aku teringat akan surat yang tergeletak di bawah bukuku tadi, aku pun membuatku tertegun melihat kata yang tertulis dalam kertas itu
Karnamu yang perlahan hadir dalam hidup ku yang sederhana ini, kamu mulai memporak-porandakan hati dan hidupku.
Entah siapa yang menulis kata² ini.. Ini apa maksudnya aku sungguh tidak memahaminya.
Dhea Pov End
...
Author POV
"Siapa yang kamu suka?" tanya Dhe tiba-tiba saat ada Rama sedang tiduran di Balkon.
Rama melirik sekilas, ia terbangun saat mendengar langkah kaki mendekat kearahnya.
"Ngomong apa sih? Tiba-tiba begitu?" tanya Rama malas. Dhe duduk didepan Rama.
"Alasan, kenapa kamu nggak ngebolehin aku suka kamu, alasan kamu terus bersikap dingin, dan juga alasan kamu terus mengangguku, sebenarnya ada apa sama aku?" tanya Dhe menatap lurus ke dalam bola mata Rama.
"Apa yang membuatmu terganggu?" tanya Rama dengan santainya.
"Sikap kamu, ketidak jelasan itu, benci tapi bukan, suka juga tidak kelihatan, kamu memperlakukanku seenaknya, sebenernya apa maumu? Kamu sadar nggak sikapmu membuatku terus bertanya-tanya apa salahku." rasanya ini memang pertama kalinya Dhe bertemu dengan orang semacam Rama.
Jika benci, benci saja seterusnya, jika tidak suka, abaikan saja, jika tidak ingin perduli, maka teruslah begitu. Lalu mengapa seorang Rama yang selalu saja bersikap konstan terhadap yang lain memperlakukan Dhe dengan seenaknya?
"Aku emang gak suka sama kamu, tapi aku gak pernah benci kamu, tapi aku juga gak bisa bohong bahwa perasaanku lebih dari itu." kata Rama sambil tertawa.
"Apa maksudnya?" tanya Dhe makin tidak paham, kenapa cara bicara Rama selalu penuh teka dan teki. Dhe yang terlalu lambat berpikir, atau dia memang sengaja mengabaikannya.
Rama beranjak berdiri lalu menghampiri Dhe.
Rama mengusak rambut Dhe.
"Berhentilah berpura-pura kamu ingin membahagiakan semua orang, itu akan menyakitkan bagimu, dan juga aku membenci saat melihat kamu terus terluka." kata Rama dengan lembut, memandang sendu gadis yang keras kepala.
Dhe terdiam, Rama berjongkok depan Dhe.
"Kamu tahu, rasanya hatiku selalu sakit saat kamu membiarkan orang lain memanfaatkanmu hanya agar kamu punya teman, hatiku sakit saat melihatmu berusaha terlalu keras membahagiakan orang disekitarmu, kamu terluka tapi tidak pernah merasakannya. Dan aku nggak bisa ngelakuin apapun untuk membuatmu merasa lebih baik." untuk pertama kalinya, Dhea mendengar kesungguhan dari lelaki ini.
Rama menghapus air mata yang mengalir di pipi gadis itu.
Dhea, ia ingin tahu siapa yang disukai oleh Rama, sedangkan kini dia sadar gadis itu adalah dirinya.
"Aku suka kamu, sejak awal aku sudah suka kamu, aku tidak perduli bagaimanapun kamu, aku hanya menyukaimu. Tapi aku tidak suka caramu berharap aku bersama Reysa karena dia yang lebih dulu menyukaiku, aku mengenalmu lebih dulu, aku menyukaimu lebih dulu." kata Rama membuat Dhea makin terisak sedih.
Sesak rasanya.
Lelaki ini, yang selalu dia abaikan, ternyata pencipta batas itu bukan Rama, tapi dia, Dhea sendiri.
"Ram? Aku gak tahu caranya bahagiain diriku sendiri, aku gak tahu bahagia itu kaya apa, yang aku pikir melihat orang lain baik-baik saja, dan hidupku berguna untuk mereka. Itu cukup, tapi sampai sekarang, aku gak tahu bahagia itu sebenarnya apa? Apa yang bisa kupertahankan? Dan apa yang harus kucari. Aku kehilangan diriku sendiri, aku gak tahu. Selama ini aku menjadi diriku yang bertindak apa adanya, tidak ada yang kupendam atau maksud tertentu. Tapi Ram, aku hidup hanya karena aku bernafas." entahlah apa yang sedang ada dalam pemikiran Dhea.
Dia berulangkali merasakan hal yang menyesakkan, berulang kali mempertanyakan apa yang salah dan benar, mempertanyakan apa gunanya hidup.
"Sejujurnya aku tidak pernah percaya diri, aku tidak berbohong tentang apa yang kurasa, aku bukan munafik yang didepan orang baik lalu dibelakang mereka tidak suka. Aku tidak seperti itu, tapi aku tidak mengenal diriku sendiri. Aku kehilangan jiwaku." Rama tahu gadis didepannya sudah hancur sejak lama.
Hal-hal yang dihadapinya, keadaan di sekitarnya, manusia-manusia yang ada disekelilingnya telah memaksa mati jiwanya.
Setiap manusia selalu memiliki cara bertahan terhadap segala kepelikan dalam hidupnya.
Rama yang memakai banyak topeng agar jiwanya baik-baik saja, agar kelemahannya aman.
Sedangkan Dhea, memilih menghadapinya dengan jiwanya yang mati itu.
Hatinya hancur berkeping-keping, dan Rama ingin menyusun hati itu.
Dia mencintai Dhea, keduanya manusia yang sama terluka, menerima banyak kehilangan dan juga kehidupan yang membuat mereka merasa sakit.
Penyesalan seorang Dhea yang tersimpan dalam lubuk hatinya adalah, mengapa Tuhan membiarkan dia hidup jika dia hanya membuat orang lain menderita.
"Apa kamu tahu alasan aku mencintai kamu tapi selalu bertingkah aneh ke kamu?" tanya Rama.
Dhea menggeleng tak paham.
Kenapa pembicaraan mereka tidak sinkron?
"Karena aku ingin kamu menyadari bahwa kamu terlalu berharga, aku ingin kamu menyadari bahwa dalam hidup ini, kamu adalah orang yang aku inginkan. Sikapku yang labil adalah ketidak mampuanku untuk jujur, aku terlalu takut kamu disakiti mereka, dan aku takut mencintaimu membuatmu terluka." Rama tersenyum pada Dhea.
Dhea tidak mengerti.
"Dhea, aku harap jikapun kelak kita berpisah, kamu akan selalu percaya bahwa aku terus mencintaimu, mari kita menunggu dengan sabar dan menanti segalanya tepat untuk kita. Mari berteman saja sekarang, aku tidak akan mengikatmu pada status, tapi hatiku akan selalu terikat padamu." Rama meninggalkan Dhea yang masih terdiam.
Sejujurnya segala tanya yang diajukan Dhea tidak dijawab dengan jelas, segalanya klise, tapi satu hal yang dimengerti oleh Dhea.
Bahwa tidak semua tanya bisa terjawab, bahkan semakin mempertanyakan, jawabannya tidak kunjung ditemukan.
Cara melaluinya adalah biarkan, lepas dan ikhlaskan.
Karena sesungguhnya segala tanya yang terucap, jawabannya ada dalam diri sendiri, hanya waktu yang akan menjawab.
.
Begitulah keduaanya, yang saling menciintai tapi tidak ingin saling menyakiti.
Mereka pasrahkan pada takdir yang menjadi jawab dari segalanya.
...
"Dhea, dimanapun kamu berada, apapun yang sedang kamu hadapi, seberapapun banyak orang yang melukaimu, tetaplah menjadi dirimu sendirii, gadis yang akan selalu aku cinta." Rama.
Setiap kali Dhea merasa sedih dan terpuruk, lelah akan hari yang ia lalui, dia akan selalu teringat pada pesan Rama.
Karena jikapun raga tidak bisa bersama, atau belum dibiarkan bersama.
Jiwa mereka terikat pada perasaan yang sama.
...
End
...
Story by Dee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar